Cerita
Perjalanan
Rizki, ya, begitulah teman teman saya
akrab menyapa saya. Rizki Saputra,
begitulah lengkapnya. Saya
bergabung dalam sebuah Organisasi
Pecinta Alam yang bernama ESACAPALA. Organisasi Pecinta Alam
yang ada di SMAN 1 Cikarang Utara. Bagi saya sendiri Esacapala itu adalah
segalanya. Pokoknya my everything banget deh hehee.Dia adalah rumah kedua
sekaligus keluarga kedua bagi saya.Banyak pelajaran berharga yang saya dapat dari
Esacapala, pelajaran mahal yang tidak dapat terbeli dengan uang.
Jum’at, 18 april 2014, saya bersama
kawan kawan Esacapala yang lainnya melakukan pendakian ke Gunung Salak. Di sini
saya akan bercerita sedikit tentang pengalaman saya bersama kawan kawan saya di
Gunung Salak tersebut. Meskipun saya rasa tidak begitu banyak yang bisa saya
ceritakan, tapi tak apa lah, tak ada salahnya kita berbagi cerita hehee.
Semuanya berawal dari rumah seorang
pria yang akrab disapa “bang Iwang”.
Ia adalah salah seorang senior saya di Esacapala. Pagi pagi sekali saya sudah
berangkat ke rumah bang Iwang. Di
sana sudah banyak kawan saya yang menanti akan kedatangan saya, maaf agak telat
dikit... Cuma sedikit kok hehee. Sesampainya di rumah bang Iwang saya dan semua mulai mengecek
kembali barang bawaan kami. Setelah semua siap, kami berangkat ke Stasiun Lemah Abang. Ya, di situ lah
saya berkumpul dengan para Senior
Esacapala lainnya.
Setelah semuanya kumpul, kami berangkat
dari Stasiun Lemah Abang. Kami berangkat
sekitar pukul 08:07 menggunakan mobil TNI. Semua masalah transport sudah
ditanggung oleh abang kita yang ga kalah kece, yaitu abang Ambar. Namun dia
tidak berangkat bersama kami, dia berangkat langsung dari Jakarta menuju TKP.
Sebelum sampai di pos pendaftaran, mata
saya dimanjakan dengan pemandangan yang begitu indah. Dari dalam mobil terlihat
hijaunya hamparan Gunung dan
bebukitan yang juga dihiasi oleh awan dan kabut yang makin membuat jiwa ini
semakin memuji sang Pencipta Alam semesta ini, Subhanallaah.... Udara sejuk sudah mulai
terasa, kami telah sampai di pos pendaftaran pendakian jalur Cidahu, Sukabumi.
Setelah melakukan registrasi kami kembali melakukan perjalanan menuju pintu
gerbang jalur pendakian Gunung Salak. Pukul 13:20 kami sampai di pintu gerbang
jalur pendakian. Dari sini, semua dimulai dengan berjalan kaki. Kami berjalan
menuju Simpang Bajuri, di situlah
kami semua akan ngecamp. Suara suara unik terdengar, awan mulai mendung, dan
udara dingin mulai terasa. Selang beberapa lama, kami semua sampai di Bajuri, dan kami mulai mendirikan tenda.
Tak lama, bang Ambar sampai dan
bergabung bersama kami, ia datang bersama bang Eki,
bang Majid dan kawannya yang bernama Iqbar.
Makan adalah hal yang paling ditunggu tunggu. Salah satu yang saya suka dari
Esacapala adalah momen makan bersamanya. Kekeluargaan yang begitu indah. Makan
siang pun siap untuk disantap.
Mentari mulai kembali ke peristirahatannya, dan hari mulai gelap. Nampaknya kopi sudah sangat dinanti, waktunya untuk ngopi bareng dan mulai bercanda canda tak karuan. Semua terlihat sangat ceria malam itu. Seringkali terdengar kalimat “mas Rafiii.... kuraaaang” hahaha. Kalimat itu sering terdengar dengan alasan bercandaan bang Rafi yang dianggap garing. Entah memang garing atau para senior lain yang sengaja ingin mengejek abang kita yang satu ini. Entahlah...Malam itu semua terasa begitu indah. Namun, tak semua keindahan dapat tergambarkan dengan kata kata, bahkan dengan selembar foto sekalipun.
Mentari mulai kembali ke peristirahatannya, dan hari mulai gelap. Nampaknya kopi sudah sangat dinanti, waktunya untuk ngopi bareng dan mulai bercanda canda tak karuan. Semua terlihat sangat ceria malam itu. Seringkali terdengar kalimat “mas Rafiii.... kuraaaang” hahaha. Kalimat itu sering terdengar dengan alasan bercandaan bang Rafi yang dianggap garing. Entah memang garing atau para senior lain yang sengaja ingin mengejek abang kita yang satu ini. Entahlah...Malam itu semua terasa begitu indah. Namun, tak semua keindahan dapat tergambarkan dengan kata kata, bahkan dengan selembar foto sekalipun.
Nampaknya tubuh ini juga butuh istirahat,
karena besok pagi kami semua harus berangkat menuju puncak Salak satu. Saya pun masuk ke dalam
tenda dan mulai memejamkan mata. Malam itu saya terpaksa tidur satu tenda
bersama perempuan dengan alasan semua tenda penuh. Sebenarnya ada sih tenda
yang masih kosong, tapi mungkin mereka saja yang enggan berbagi. Tak apalaah,
mengalah saja.
Sabtu,
19 april 2014, aku
kembali membuka mata dan melaksanakan shalat subuh. Dinginnya air sungai untuk
wudhu mulai menusuk tubuh ini. Tapi semua itu membuat aku semakin bersyukur
atas nikmat yang begitu indah ini. Usai menunaikan shalat, Chef Ambar mulai menunjukan kemahirannya
dalam memasak di Gunung. Pagi
itu ia membuat roti bakar isi kornet telur + ikan teri. Namun sayang, pagi itu
perut saya tak dapat terisi makanan. Roti buatan bang Ambar habis sebelum saya
sempat mencicipinya.Pukul 07:45 kami mulai melakukan
perjalanan menuju puncak Salak satu, 2211 MDPL. Kami berangkat hanya dengan
membawa daypack saja, itu juga hanya beberapa orang saja, hanya perlengkapan
penting yang kami bawa. Seperti air, perlengkapan PPPK, raincoat, senter dan
lain sebagainya. Semua perlengkapan seperti tenda, carrier dan lain sebagainya
kami tinggal di Bajuri. Semua barang
tersebut tidak kami tinggalkan begitu saja, di Bajuri ada salah seorang senior kami yang menjaganya, Bang Eky
namanya.
Tak kusangka, jalur yang kami lalui
cukup menguras tenaga. Melihat keadaan seperti ini, nampaknya keputusan kami
untuk tidak membawa carrier ke puncak cukup tepat. Saya rasa akan banyak yang
tidak kuat apabila kami mengambil keputusan untuk membawa semua barang bawaan
kami ke puncak. Apalagi kami juga masih sangat pemula dalam mendaki gunung.
Di perjalanan mataku kembali dimanjakan
dengan pemandangan yang begitu indah. Terlihat sebuah kawah dan hijaunya
pepohonan disekelilingnya. Indah niaaan... Pukul 10:35 kami sampai di puncak
bayangan, pertanda tak lama lagi kami akan sampai di puncak Salak satu. Setelah beristirahat dan
menikmati pemandangan sekitar, kami kembali melanjutkan perjalanan. Beberapa
kali kami harus berjalan menanjak dengan berpegangan ke tali ataupun webbing
karena jalur yang cukup curam.
Di perjalanan saya juga harus memback up perempuan saya yang bernama Saskia (kibo). Dia mempunyai penyakit
pernafasan dan harus berhenti beberapa saat untuk mengatur nafasnya. Terkadang
ia juga harus mendapat supply
Oksigen kaleng. Ia sempat hampir
menangis dan putus asa, namun ia bisa memaksakan semua itu dan sampai akhirnya
kami sampai di puncak Salak satu
pada hari Sabtu, 19 april 2014 pukul 12:12.
Foto bareng udah, sampe bosen malah.
Ngemil juga udah. Namun, rasanya masih ada yang kurang jika kita tidak
melakukan sujud syukur. Ya, salah satu tradisi Esacapala yaitu sujud syukur
setelah berhasil sampai di puncak.
Ku lihat jam di handphone sudah
menunjukan pukul 13:11. Waktunya untuk kembali menuju Bajuri. Beberapa menit kami berjalan, langit mulai mendung.
Nampaknya hujan akan segera turun mengguyur daerah Sukabumi dan sekitarnya. Di puncak bayangan kami mengeluarkan
raincoat dan memakainya untuk jaga jaga kalau saja hujan turun. Di puncak bayangan saya bertemu dengan
tetangga saya, tepatnya sih tetangga abang ipar saya. Saya sempat mengobrol ngobrol
dengannya.
Dia dan rombongannya baru saja ingin ke puncak. Saya dan mereka juga
harus menjalankan keperluan masing masing, saya turun sedangkan mereka ke
puncak. Akhirnya saya berpisah dengan mereka dan melanjutkan perjalanan
kembali.
Di perjalanan saya bersama bang Ambar,
bang Iwang, dan bang Dwi beristirahat sambil menunggu kawan kami yang masih ada
di belakang. Kami mengambil beberapa Begonia untuk dijadikan cemilan dan juga untuk
dimasak di Bajuri. Masamnya begonia ini cukup membuat mata kami
merem-melek hehe.
Belum sampai di Bajuri saya sudah dikejutkan dengan berita
bahwa beberapa kawan saya belum sampai di tempat kami ngecamp, yaitu Bajuri. Padahal saya dan yang lainnya
adalah rombongan paling belakang dan tidak ada orang lagi dibelakang saya. Mereka
yang belum sampai adalah Saskia, Naba, bang Omen, bang Dimas, bang Rafi
dan bang Rizki. Bang Ambar, bang Iwang,
dan bang Eky pun langsung bersiap siap untuk mencari mereka. Mereka langsung
membawa senter, perlengkapan P3K, air, makanan, dan raincoat. Mereka bertiga
lalu berangkat mencari mereka yang belum sampai. Hari sudah mulai gelap, semua
cemas dan hanya bisa berdo’a.
Sekitar jam 7an, bang Iwang sudah kembali dengan membawa bang
Omen, bang Dimas, dan Saskia.
Sedangkan yang lainnya sedang dalam proses pencarian. Ternyata mereka bertiga
ini turun ke jalur yang salah, mereka turun ke jalur Cimelati, itu menurut pengakuan dan cerita mereka. Setelah cukup lama, akhirnya
bang Ambar datang dengan membawa sisa dari mereka yang tersesat. Alhamdulillah
semuanya selamat. Kecemasan itu mulai hilang, dan kami mulai tenang.
Waktunya untuk makan malam. Rasanya
perut ini sudah berteriak meminta diisi dengan makanan. Menu malam itu adalah
kornet telur, mie goreng dan sayur sosis campur ikan teri, yamiii. Menu kali
ini adalah buatan senior perempuan saya, Sayyidatunnisa
namanya. Setelah makan malam, kami mulai berbagi cerita. Kami juga mulai
membuat resep minuman baru, yaitu “Begonia Tea” minuman ini hanya bisa
didapat di Gunung, itu juga hanya di Gunung tertentu hehee.
Beberapa diantara kami mulai masuk ke
dalam tenda dan beristirahat, begitu juga dengan saya. Namun, belum sempat mata
ini terpejam, bang Ambar memanggil saya dan kawan perempuan saya untuk keluar
dan melihat indahnya Buian dan Bintang malam
itu. Malam itu mungkin tak bisa saya lupakan sebagai salah satu malam terindah
bagi saya. Yoiiii...
Minggu,
20 april 2014. Saya mendengar panggilan dari salah satu
abang saya. Saya langsung keluar dan melaksanakan Shalat Subuh.
Setelah sarapan dan berfoto foto, kami langsung bersiap siap untuk pulang ke Cikarang. Pukul 09:10 kami mulai
berangkat meninggalkan Bajuri, dan
menuju tujuan pintu gerbang pendakian. Pukul 10:10 kami sampai di gerbang
pendakian dan langsung berpose pose. Setelah itu kami mulai menuju warung
tempat dimana mobil TNI menjemput kami. Setelah itu kami mulai bersiap untuk
kembali ke Cikarang dan pulang ke rumah masing masing.
Pukul 15:00 kami sampai di Stasiun
Lemah Abang dan langsung pulang ke rumah masing masing.
“dinginnya udaramu,
indahnya bintang malammu, sejuknya udaramu, indahnya mentari pagimu, mentari
soremu, negeri di atas awanmu, dan hamparan pepohonanmu. Ya, aku rindu akan
semua itu, dan tidak akan berhenti menggapai semua itu”
Cukup sekian dan sampai
jumpa di puncak Gunung selanjutnya :)
Tak ada yang bisa
menaklukan gunung.
Yang bisa ditaklukan
adalah ego kita sendiri
Tujuan utama naik
gunung adalah kembali ke rumah dengan selamat.
0 comments:
Posting Komentar