logo esacapala

Blogroll


Minggu, 04 Mei 2014

Cerita Perjalanan Gn. Salak

Cerita Perjalanan

Rizki, ya, begitulah teman teman saya akrab menyapa saya. Rizki Saputra, begitulah lengkapnya. Saya bergabung dalam sebuah Organisasi Pecinta Alam yang bernama ESACAPALA. Organisasi Pecinta Alam yang ada di SMAN 1 Cikarang Utara. Bagi saya sendiri Esacapala itu adalah segalanya. Pokoknya my everything banget deh hehee.Dia adalah rumah kedua sekaligus keluarga kedua bagi saya.Banyak pelajaran berharga yang saya dapat dari Esacapala, pelajaran mahal yang tidak dapat terbeli dengan uang.

Jum’at, 18 april 2014, saya bersama kawan kawan Esacapala yang lainnya melakukan pendakian ke Gunung Salak. Di sini saya akan bercerita sedikit tentang pengalaman saya bersama kawan kawan saya di Gunung Salak tersebut. Meskipun saya rasa tidak begitu banyak yang bisa saya ceritakan, tapi tak apa lah, tak ada salahnya kita berbagi cerita hehee.

Semuanya berawal dari rumah seorang pria yang akrab disapa “bang Iwang”. Ia adalah salah seorang senior saya di Esacapala. Pagi pagi sekali saya sudah berangkat ke rumah bang Iwang. Di sana sudah banyak kawan saya yang menanti akan kedatangan saya, maaf agak telat dikit... Cuma sedikit kok hehee. Sesampainya di rumah bang Iwang saya dan semua mulai mengecek kembali barang bawaan kami. Setelah semua siap, kami berangkat ke Stasiun Lemah Abang. Ya, di situ lah saya berkumpul dengan para Senior Esacapala lainnya.

Setelah semuanya kumpul, kami berangkat dari Stasiun Lemah Abang. Kami berangkat sekitar pukul 08:07 menggunakan mobil TNI. Semua masalah transport sudah ditanggung oleh abang kita yang ga kalah kece, yaitu abang Ambar. Namun dia tidak berangkat bersama kami, dia berangkat langsung dari Jakarta menuju TKP.

Sebelum sampai di pos pendaftaran, mata saya dimanjakan dengan pemandangan yang begitu indah. Dari dalam mobil terlihat hijaunya hamparan Gunung dan bebukitan yang juga dihiasi oleh awan dan kabut yang makin membuat jiwa ini semakin memuji sang Pencipta Alam semesta ini, Subhanallaah.... Udara sejuk sudah mulai terasa, kami telah sampai di pos pendaftaran pendakian jalur Cidahu, Sukabumi. 
Setelah melakukan registrasi kami kembali melakukan perjalanan menuju pintu gerbang jalur pendakian Gunung Salak. Pukul 13:20 kami sampai di pintu gerbang jalur pendakian. Dari sini, semua dimulai dengan berjalan kaki. Kami berjalan menuju Simpang Bajuri, di situlah kami semua akan ngecamp. Suara suara unik terdengar, awan mulai mendung, dan udara dingin mulai terasa. Selang beberapa lama, kami semua sampai di Bajuri, dan kami mulai mendirikan tenda.

Tak lama, bang Ambar sampai dan bergabung bersama kami, ia datang bersama bang Eki, bang Majid dan kawannya yang bernama Iqbar. Makan adalah hal yang paling ditunggu tunggu. Salah satu yang saya suka dari Esacapala adalah momen makan bersamanya. Kekeluargaan yang begitu indah. Makan siang pun siap untuk disantap.
Mentari mulai kembali ke peristirahatannya, dan hari mulai gelap. Nampaknya kopi sudah sangat dinanti, waktunya untuk ngopi bareng dan mulai bercanda canda tak karuan. Semua terlihat sangat ceria malam itu. Seringkali terdengar kalimat “mas Rafiii.... kuraaaang” hahaha. Kalimat itu sering terdengar dengan alasan bercandaan bang Rafi yang dianggap garing. Entah memang garing atau para senior lain yang sengaja ingin mengejek abang kita yang satu ini. Entahlah...Malam itu semua terasa begitu indah. Namun, tak semua keindahan dapat tergambarkan dengan kata kata, bahkan dengan selembar foto sekalipun.
Nampaknya tubuh ini juga butuh istirahat, karena besok pagi kami semua harus berangkat menuju puncak Salak satu. Saya pun masuk ke dalam tenda dan mulai memejamkan mata. Malam itu saya terpaksa tidur satu tenda bersama perempuan dengan alasan semua tenda penuh. Sebenarnya ada sih tenda yang masih kosong, tapi mungkin mereka saja yang enggan berbagi. Tak apalaah, mengalah saja.

Sabtu, 19 april 2014, aku kembali membuka mata dan melaksanakan shalat subuh. Dinginnya air sungai untuk wudhu mulai menusuk tubuh ini. Tapi semua itu membuat aku semakin bersyukur atas nikmat yang begitu indah ini. Usai menunaikan shalat, Chef Ambar mulai menunjukan kemahirannya dalam memasak di Gunung. Pagi itu ia membuat roti bakar isi kornet telur + ikan teri. Namun sayang, pagi itu perut saya tak dapat terisi makanan. Roti buatan bang Ambar habis sebelum saya sempat mencicipinya.Pukul 07:45 kami mulai melakukan perjalanan menuju puncak Salak satu, 2211 MDPL. Kami berangkat hanya dengan membawa daypack saja, itu juga hanya beberapa orang saja, hanya perlengkapan penting yang kami bawa. Seperti air, perlengkapan PPPK, raincoat, senter dan lain sebagainya. Semua perlengkapan seperti tenda, carrier dan lain sebagainya kami tinggal di Bajuri. Semua barang tersebut tidak kami tinggalkan begitu saja, di Bajuri ada salah seorang senior kami yang menjaganya, Bang Eky namanya.

Tak kusangka, jalur yang kami lalui cukup menguras tenaga. Melihat keadaan seperti ini, nampaknya keputusan kami untuk tidak membawa carrier ke puncak cukup tepat. Saya rasa akan banyak yang tidak kuat apabila kami mengambil keputusan untuk membawa semua barang bawaan kami ke puncak. Apalagi kami juga masih sangat pemula dalam mendaki gunung.

Di perjalanan mataku kembali dimanjakan dengan pemandangan yang begitu indah. Terlihat sebuah kawah dan hijaunya pepohonan disekelilingnya. Indah niaaan... Pukul 10:35 kami sampai di puncak bayangan, pertanda tak lama lagi kami akan sampai di puncak Salak satu. Setelah beristirahat dan menikmati pemandangan sekitar, kami kembali melanjutkan perjalanan. Beberapa kali kami harus berjalan menanjak dengan berpegangan ke tali ataupun webbing karena jalur yang cukup curam.
Di perjalanan saya juga harus memback up perempuan saya yang bernama Saskia (kibo). Dia mempunyai penyakit pernafasan dan harus berhenti beberapa saat untuk mengatur nafasnya. Terkadang ia juga harus mendapat supply Oksigen kaleng. Ia sempat hampir menangis dan putus asa, namun ia bisa memaksakan semua itu dan sampai akhirnya kami sampai di puncak Salak satu pada hari Sabtu, 19 april 2014 pukul 12:12.

Foto bareng udah, sampe bosen malah. Ngemil juga udah. Namun, rasanya masih ada yang kurang jika kita tidak melakukan sujud syukur. Ya, salah satu tradisi Esacapala yaitu sujud syukur setelah berhasil sampai di puncak.

Ku lihat jam di handphone sudah menunjukan pukul 13:11. Waktunya untuk kembali menuju Bajuri. Beberapa menit kami berjalan, langit mulai mendung. Nampaknya hujan akan segera turun mengguyur daerah Sukabumi dan sekitarnya. Di puncak bayangan kami mengeluarkan raincoat dan memakainya untuk jaga jaga kalau saja hujan turun. Di puncak bayangan saya bertemu dengan tetangga saya, tepatnya sih tetangga abang ipar saya. Saya sempat mengobrol ngobrol dengannya.
Dia dan rombongannya baru saja ingin ke puncak. Saya dan mereka juga harus menjalankan keperluan masing masing, saya turun sedangkan mereka ke puncak. Akhirnya saya berpisah dengan mereka dan melanjutkan perjalanan kembali.

Di perjalanan saya bersama bang Ambar, bang Iwang, dan bang Dwi beristirahat sambil menunggu kawan kami yang masih ada di belakang. Kami mengambil beberapa Begonia untuk dijadikan cemilan dan juga untuk dimasak di Bajuri. Masamnya begonia ini cukup membuat mata kami merem-melek hehe.

Belum sampai di Bajuri saya sudah dikejutkan dengan berita bahwa beberapa kawan saya belum sampai di tempat kami ngecamp, yaitu Bajuri. Padahal saya dan yang lainnya adalah rombongan paling belakang dan tidak ada orang lagi dibelakang saya. Mereka yang belum sampai adalah Saskia, Naba, bang Omen, bang Dimas, bang Rafi dan bang Rizki. Bang Ambar, bang Iwang, dan bang Eky pun langsung bersiap siap untuk mencari mereka. Mereka langsung membawa senter, perlengkapan P3K, air, makanan, dan raincoat. Mereka bertiga lalu berangkat mencari mereka yang belum sampai. Hari sudah mulai gelap, semua cemas dan hanya bisa berdo’a.

Sekitar jam 7an, bang Iwang sudah kembali dengan membawa bang Omen, bang Dimas, dan Saskia. Sedangkan yang lainnya sedang dalam proses pencarian. Ternyata mereka bertiga ini turun ke jalur yang salah, mereka turun ke jalur Cimelati, itu menurut pengakuan dan cerita mereka. Setelah cukup lama, akhirnya bang Ambar datang dengan membawa sisa dari mereka yang tersesat. Alhamdulillah semuanya selamat. Kecemasan itu mulai hilang, dan kami mulai tenang.

Waktunya untuk makan malam. Rasanya perut ini sudah berteriak meminta diisi dengan makanan. Menu malam itu adalah kornet telur, mie goreng dan sayur sosis campur ikan teri, yamiii. Menu kali ini adalah buatan senior perempuan saya, Sayyidatunnisa namanya. Setelah makan malam, kami mulai berbagi cerita. Kami juga mulai membuat resep minuman baru, yaitu “Begonia Tea” minuman ini hanya bisa didapat di Gunung, itu juga hanya di Gunung tertentu hehee.

Beberapa diantara kami mulai masuk ke dalam tenda dan beristirahat, begitu juga dengan saya. Namun, belum sempat mata ini terpejam, bang Ambar memanggil saya dan kawan perempuan saya untuk keluar dan melihat indahnya Buian dan Bintang malam itu. Malam itu mungkin tak bisa saya lupakan sebagai salah satu malam terindah bagi saya. Yoiiii...

Minggu, 20 april 2014. Saya mendengar panggilan dari salah satu abang saya. Saya langsung keluar dan melaksanakan Shalat Subuh. Setelah sarapan dan berfoto foto, kami langsung bersiap siap untuk pulang ke Cikarang. Pukul 09:10 kami mulai berangkat meninggalkan Bajuri, dan menuju tujuan pintu gerbang pendakian. Pukul 10:10 kami sampai di gerbang pendakian dan langsung berpose pose. Setelah itu kami mulai menuju warung tempat dimana mobil TNI menjemput kami. Setelah itu kami mulai bersiap untuk kembali ke Cikarang dan pulang ke rumah masing masing. Pukul 15:00 kami sampai di Stasiun Lemah Abang dan langsung pulang ke rumah masing masing.

 “dinginnya udaramu, indahnya bintang malammu, sejuknya udaramu, indahnya mentari pagimu, mentari soremu, negeri di atas awanmu, dan hamparan pepohonanmu. Ya, aku rindu akan semua itu, dan tidak akan berhenti menggapai semua itu”

Cukup sekian dan sampai jumpa di puncak Gunung selanjutnya :)


Tak ada yang bisa menaklukan gunung.

Yang bisa ditaklukan adalah ego kita sendiri

Tujuan utama naik gunung adalah kembali ke rumah dengan selamat.



0 comments:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More