logo esacapala

Blogroll


Senin, 13 Januari 2014

Navigasi Darat


Navigasi darat adalah ilmu praktis. Kemampuan bernavigasi dapat tersa jika sering berlatih. Pemahaman teori dan konsep hanyalah faktor yang membantu, dan tidak menjamin jika mengetahuinya secara lengkap, maka kemampuan navigasinya menjadi tinggi. Bahkan seorang jago yang tidak pernah berlatuh dalam jangka waktu yang lam dapat mengurangi kepekaannya dalam menerjemahkan tanda-tanda dipeta kemedan sebenarnya, atau menerjemahkan tanda medan ke dalam peta. Untuk itu perlu adanya latihan sesering mungkin, untuk membantu kiya agar dapat mengasah kepekaan, dan pada akhirnya menjadi manfaat untuk kita.

Navigasi darat, pada prinsipnya adalah cara menentukan arah dan posisi. Arah yang akan dituju dan posisi keberadaan navigator yang berada pada medan sebenarnya, yang diproyeksikan pada peta.

Beberapa media dasar navigasi darat :

1. Peta
Peta adalah penggambaran dua dimensi pada bidang datar dari sebagian atau keseluruhan permukaan bumi yang dilihat dari atas. Kemudian diperbesar atau diperkecil dengan perbandingantertentu. Navigasi darat juga menggunakan peta topografi, yang berfungsi untuk memetakan tempat dipermukaan bumi yang berketinggian sama dari permukaan laut menjadi bentuk garis kontur.

Beberapa unsur yang bisa dilihat dalam peta:
  1. Judul peta; terdapat diatas, yang menunjukan letak peta.
  2. Nomer peta; selain nomor registrasi dan badan pembuat, penggunaannya juga bisa sebagai petunjuk jika kita akan mencari sebuah peta.
  3. Koordinat peta; penjelasannya bisa dilihat dalam sub berikutnya.
  4. Kontur; merupakan garis khayal yang menghubungkan antar titik yang sama tingginya dengan permukaan laut.
  5. Skala peta; perbandingan antara jarak peta dan jarak horizontal dilapangan. Terdiri dari dua macam skala, yaitu skala angka yang ditunjukan dalam angka (misalkan 1:25.000. satu senti dalam peta sama dengan 25.000cm atau 250 meter dikeadaan yang sebenarnya), dan skala garis (pada peta biasanya skala garis terletak dibawah skala angka).
  6. Legenda peta; symbol-simbol yang dipakai dalam peta, dibuat untuk memudahkan pembaca menganalisis peta.
Di Indonesia, peta yang biasa digunakan adalah peta keluaran Direktorat Geologi Bandung, lalu peta dari Jawatan Topologi, yang seting disebut sebagai peta AMS (American Map Service), yang dibuat oleh Amerka dan diterbitkan pada tahun 1960.

Peta AMS biasanya berskala 1:50.000 dengan interval kontur 25 meter. Selain itu ada peta keluaran Bakosurtanal (Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional) yang lebih baru, dengan skala 1:50.000.

2. Koordinat
Koordinat adalah kedudukan atau titik pada peta. Secara teori, koordinat merupakan titik penemuan antara absis dan koordinat. Koordinat ditentukan denganmenggunakan system sumbu. Yaitu perpotongan antara garis yang tegak lurus satu sama lain. System koordinat yang resmi dipakai ada dua macam, yaitu:
  • Koordinat geografis (Geographical Coordinate), sumbu yang digunakan adalah garis bujur yang tegak lurus dengan garis khatulistiwa dan garis lintang yang sejajar dengan garis khatulistiwa. Koordinat geografis dinyatakan dalam satuan derajat, menit, dan detik.
  • Koordinat Grid (Grid Coordinate atau UMT), kedudukan suatu titik dinyatakan dalam ukuran jarak setiap titik acuan. Untuk wilayah Indonesia, titik acuan berada disebelah barat (60 LU, 980 BT). Garis vertical diberi nomor urut dari selatan keutara. Sedangkan horizontal dari barat ke timur. Sitem koordinat mengenal penomoran 4 angka, 6 angka, dan 8 angka. Dalam koordinat grid, satu karvak sebaning dengan 2 cm. Untuk menetukan koordinat grid 4 angka, dapat langsung ditentukan. Pada 6 angka, satu karvak dibagi terlebih dahulu menjadi 10 bagian (per 2 mm). sedangkan untuk koordinat grid 8 angka, dibagi menjadi 10 bagian  (per 1 mm).
3. Analisa peta
Analisa peta adalah salah satu faktor yang sangat penting. Dengan satu peta diharapkan dapat memperoleh informasi sebanyak-banyaknya tentang keadaan medan sebenarnya, meskipun kita belum pernah mendatangi daerah dipeta tersebut.

Unsur dasar peta
Berfungsi untuk menggali informasi sebanyak-banyaknya, pertama kali, kita harus cek informasi dasar dipeta tersebut. Seperti judul peta, tahun peta itu dibuat, legenda peta dan sebagainya. Disamping itu juga bisa dianalisis ketinggian suatu titik, sehingga bisa diperkirakan cuaca, dan vegetasinya.

Mengenal tanda medan
Disamping tanda pengenal yang terdapat dalam legenda peta, kita dapat menganalisa peta topografi berdasarkan bentuk kontur. Beberapa ciri kontur yang perlu dipahami sebelum menganalisa tanda medan: antara garis kontur satu dengan lainnya tidak pernah saling berpotongan, garis yang berketinggian lebih rendah selalu mengelilingi garis yang berketinggian lebih tinggi, kecuali diberi kerangan secara khusus, misalnya kawah. Beda ketinggian antar kontur adalah tetap meskipun, kerapatan berubah-ubah. Daerah datar mempunyai kontur jarang-jarang sedangkan daerah terjal mempunyai kontur rapat.

Beberapa tanda medan yang dapat dikenal dalam peta topografi: 
  • Puncak bukit atau gunung biasanya berbentuk lingkaran kecil, terletak ditengah lingkaran kontur lainnya. 
  • Punggungan terlihat sebagai rangkaian kontur berbentuk U yang ujungnya melengkung menjauhi puncak. 
  • Lembah terlihat sebagai rangkaian berbentuk V yang ujungnya tajam menjorok kepuncak. 
  • Kontur lembah biasanya rapat. 
  • Saddle yaitu daerah rendah dan sempit diantara dua ketinggian. 
  • Pass merupakan celah memanjang yang membelah suatu ketinggian. 
  • Sungi, terlihat dipeta sebagai garis yang memotong rangkaian kontur, biasnya ada dilembah dan manaya tertera mengikuti alur sungai. 
  • Dalam membaca alur sungai ini harap diperhatikan lembahan curam, kelokn dan arah liran. 
  • Bila peta daerah pantai muara sungai merupakan tanda maedan yang sangat jelas, begitu pula pulau kecil tanjung dan teluk. 
Pengertian akan tanda medan ini mutlak diperlukan, sebagai asumsi awal dalam menyusun perencanaan perjalanan.

4. Kompas
Kompas adalah alat petunjuk arah karena sifat magnetnya. Jarum akan selalu menunjuk kearah utara-selata (utara magnetis). Secara fisik kompas terdiri dari:
  1. Badan, tempat komponen lainnya berada.
  2. Jarum, selalu menunjukan arah utara selatan, dengan catatan tidak dekat dengan magnet lain/ tidak dipengaruhi medan magnet dan pergerakan jarum tidak terganggu/ peta dalam posisi horizontal.
  3. Skala penunjuk, merupakan pembagian derajat system mata angin.
  4. Jenis kompas yang biasa digunakan dalam navigasi darat ada dua macam, yaitu kompas bidik dan kompas orienteening. Untuk membidik suatu titik, kompas bidik jika digunakan secara benar lebih akurat dari kompas silva. Namun untuk pergerakan dan kemudahan ploting peta, kompas orienteening lebih handal dan efesien.
Dalam memilih kompas, harus berdasarkan penggunaannya. Namun secara umum, kompas yang baik adalah kompas yang jarumnya dapat menunjukan arah utara secara konsisten dan tidak bergoyang-goyang dalam waktu lama. Bahan dari badan kompas pun perlu diperhatikan harus dari bahan yang kuat/ tahan banting mengingat kompas merupakan salah satu unsure vital dalam navigasi darat. 

5. Orientasi peta
Orientasi peta adalah menyamakan kedudukan peta dengan medan sebenarnya atau menyamakan utara peta dengan utara yang sebenarnya. Sebelum memulai orientasi peta, usahakan untuk mengenal dulu tanda-tanda medan disekitar yang mencolok dan posisi peta. Hal ini dapat dilakukan dengan pencocokan nama puncakan, nama sungai, desa, dll. Orientasi peta ini hanya berfungsi untuk meyakinkan bahwa perkiraan posisi dipeta adalah benar. Berikut langkah-langkah orientasi peta:
  1. Usahakan untuk mencari tempat yang berpemandangan terbuka agar dapat melihat tanda-tanda medan yang mencolok.
  2. Siapkan kompas dan peta, letakkan pada bidang datar.
  3. Utarakan peta dengan berpatokan pada kompas, sehingga arah peta sesuai dengan arah medan sebenarnya.
  4. Cari tanda-tanda medan yang paling menonjol disekitar anda dan temukan tanda-tanda medan tersebut dipeta. Lakukan hal ini untuk beberapa tanda medan.
  5. Ingat tanda-tanda itu, bentuknya dan tempatnya di medan yang sebenarnya. Ingat hal-hal khas dari tanda medan.
Jika anda sudah lakukan itu semua, maka anda sudah mempunyai pikiran secara kasar, dimana posisi anda dipeta. Untuk memastikan posisi anda secara akurat, pakailah metode resection. 

6. Resection
Prinsip resection adalah menetukan posisi kita dipeta dengan menggunakan dua atau lebihtanda medan yang dikenali. Teknik ini membutuhkan dua tanda medan yang terlihat jelas dalam peta, dan dapat dibidik pada medan sebenarnya.

Tidak setiap tanda haru dibidik, minimal dua. Tapi posisinya sudah pasti. Berikut adalah langkah untuk melakukan resection: 
  1. Lakukan orientasi peta
  2. Cari tanda medan yang mudah dikenali dilapangan dan dipeta minimal dua buah.
  3. Dengan busur dan penggaris, buat salib sumbu pada tanda-tanda medan tersebut. Untuk lebih idealnya, gunakan alat tulis pensil mekanik B2.
  4. Bidik tanda-tanda medan tersebut dari posisi kita dengan menggunakan kompas bidik.
  5. Pindahkan sudut back azimuth, bidikan yang didapat ke peta dan hitung sudut pelurusnya. Lakukan ini pada setiap tanda medan sebagai titik acuannya.
  6. Perpotongan garis yang ditarik dari sudut-sudut pelurus tersebut adalah posisi kita dipeta.
7.  Intersection
Prinsip intersection adalah menentukan posisi suatu titik dipeta dengan menggunakan dua atau lebih tanda medan yang dikenali dilapangan. Intersection digunakan untuk mengetahui atau memastikan posisi suatu benda yang terlihat dilapangan tetapi sukar untuk dicapai atau tidak diketahui posisinya dipeta. Syaratnya sebelum intersection kita harus yakin pada posisi kita dipeta. Biasanya sebelum intersection kita harus sudah terlebih dahulu melakukan resection.

Berikut langkah-langkah untuk melakukan intersection:
  1. Lakukan orientasi peta.
  2. Lakukan resection untuk memastikan posisi kita dipeta.
  3. Bidik obyek yang kita amati.
  4. Pindahkan sudut yang didapat ke dalam peta.
  5. Bergeraklah keposisi lain dan pastikan posisi tersebut dipeta.  Kemudian lakukan  kembali langkah sebelumnya.
  6. Perpotongan garis perpanjang dari dua sudut yang didapat adalah posisi obyek yang dimaksud.
8. Azimuth-Back azimuth
Azimuth adalah sudut antara satu titik dengan dua arah utara dari seorang pengamat. Azimuth disebut juga sudut kompas. Jika anda membidik sebuah tanda medan, dan memperoleh sudutnya, maka sudut itu juga bisa dinamakan sebagai azimuth. Kebalikannya adalah back azimuth. Dalam selection, back azimuth diperoleh dengan cara:
  1. Jika azimuth yang kita peroleh lebih dai 180 , maka back azimuth adalah azimuth dikurangi 180 . Misal anda membidik tanda medan, diperoleh azimuth 200 . Back azimuthnya adalah 200 -180  = 20 .
  2. Jika azimuth yang kita peroleh kurang dari 180 , maka azimuthnya adalah 180  ditambah azimuth. Misalnya, dari bidikan suatu puncak diperoleh azimuth 160 . Maka azimuthnya adalah 180 +160  = 340 .
Dengan mengetahui azimuth dan back azimuth in memudahkan kita untuk dapat melakukan ploting peta (penarikan garis lurus dipeta berdasarkan sudut bidikan). Selain itu  sudut kompas dan back azimuth ini dipakai dalam metode pergerakan sudut kompas (lurus/ man to man. Biasa digunakan untuk “Kompas bintang”). Prinsipnya pembuat lintasan berada pada satu garis lurus dengan cara membidikkan kompas kedepan dan kebelakang pada jarak tertentu.

Langkah- langkahnya adalah sebagai berikut:
  1. Titik awal dan titik akhir perjalanan diplot dioeta. Tarik garis lurus dan hitung sudut yang menjadi arah perjalanan (arah kompas). Hitung pula sudut dari titik akhir ke titik awal. Sudut ini dinamakan back azimuth.
  2. Perhatikan tanda medan yang menyolok pada titik awal perjalanan. Perhatikan tanda medan lain pada lintasan yang dilalui.
  3. Bidikkan kompas tersebut sesuai dengan arah perjalanan kita dan tentukan tanda medan lain diujung lintasan/ titik bidik. Sudut bidikan ini dinamakan azimuth.
  4. Pergi ke tanda medan diujung lintasan dan bidik kembali ke titik pertama tadi untuk mengecek apakah arah perjalanan sudah sesuai dengan sudut kompas (back azimuth).
  5. Sering terjadi tidak ada benda / tanda medan tertentu yang dapat dijadikan sebagai sasaran. Untuk itu dapat dibantu oleh seorang rekan sebagai tanda. Sitem pergerakan semacam ini sering disebut sebagai system man-to-man.
9. Merencakan jalur lintasan
Dalam navigasi darat tingkat lanjut kita diharapkan dapat menyusun perencanaan jalur lintasan dengan dalam suatu medan perjalanan. Penyusuran jalur ini dibutuhkan kepekaan yang tinggi, dalam menafsirkan sebuah peta topografi. Mengumpulkan data dan informasi serta pengolahannya sehingga kita dapat menyusun sebuah perencanaan perjalanan yang matang secara keseluruhan, mulai dari transportasi sampai pembiayaan. Ada beberapa hal yang dapat dijadikaan bahab pertimbangan sebelum kita memplot jalur lintasan.

Pertama, anda harus membekali dulu kemampuan untuk membaca peta, kemampuan untuk menafsirkan tanda-tanda medan yang tertera dipeta dan kemampuan dasar navigasi darat lainnya seperti resection, intersection, azimuth, dan back azimuth. Pengetahuan tentang peta kompas, dan sebagainya. Minimal sebagaimana yang tercantum dalam bagaian sebelum ini.

Kedua, selain informasi yang tertera dipeta, akan lebih membantu jika dalam perencaan anda mempunyai informasi tambahan tentang medan lintasan yang akan anda plot. Misalnya keterangan rekan yang pernah melewati medan tersebut, kondisi medan, navigasi dan airnya. Semakin banyak informasi awal yang anda dapat, semakin matang rencana anda.

Tentang jalurnya sendiri, ada beberapa macam jalur lintasan yang akan kita buat. 
  • Pertama adalah tipe garis lurus, yaitu jalur lintasan berupa garis yang ditarik lurus antara titik awal dan titik akhir. 
  • Kedua, tipe garis lurus dengan titik belok. Yaitu jalur lintasan masih berupa garis lurus tapi lebih fleksible karena titik-titik tertentu tersebut kita berbelok dengan menyesuaikan kondisi medan. Yang ketiga, dengan guide/ patokan tanda medan tertentu. 
Misalnya guide punggungan/ guide lembahan/ guide sungai. Jalur ini lebih fleksible, karena tidak lurus benar. Tapi menyesuaikan kondisi medan, sehingga tetap berpatokan pada tanda medan tertentu sebagai patokan pergerakannya.

Untuk membuat jalur lintasan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:
  1. Usahakan titik awal dan titik akhir adalah tanda medan yang  ekstrim dan memungkinkan untuk resection darri titik tersebut.
  2. Titik awal harus mudah dicapai/ gampang pengaksesannya.
  3. Disepanjang jalur lintasan harus ada tanda medan yang memadai untuk dijadikan patokan sehingga dalam perjalanan nanti kanda dapat menentukan posisi anda dalam peta sesering mungkin.
  4. Dalam menentukan jakur lintasan, perhatikan kebutuhan air, kecepatan pergerakan vegetasi jalur lintasan, serta kondisi medan lintasan.
  5. Mengingat banyaknya faktor yang perlu diperhatikan, usahakan untuk selalu berdiskusi dengan regu atau orang yang sudah pernah melewati jalur tersebut sehingga resiko bisa diminimalisir.
9. Penampang lintasan
Penampang lintasan adalah penggambaran secara proposional bentuk jalur lintasan jika dilihat dari samping. Dengan menggunakan garis kontur sebagai acuan, sebagaimana kita mengetahui bahwa peta topografi dua dimensi dan dua sudut pandangnya dari atas, agak sulit bagi kita untuk membayangkan nagaiman bentuk medan lintasan yang sebenarnya, terutama menyangkut ketinggian. Dalam kontur yang kerapatannya sedemikian rupa. Untuk memudahkan kita menggambarkan bentuk medan dari peta topografi yang ada. Maka dibuatlah penampang lintasan.

Beberapa manfaat penampang lintasan:
  • Sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun perencanaan perjalanan.
  • Memudahkan kita untuk menggambarkan kondisi keterjalan dan kecuraman medan.
  • Dapat mengetahui titik ketinggian dan jarak dari tanda medan tertentu.
  • Untuk menyusun penampang lintasan biasanya menggunakan kertas millimeter block, guna menambah akurasi penerjemah dari peta topografi ke penampang.
Langkah- langkah membuat penampang lintasan:
  • Siapkan peta yang sudah diplot, kertas millimeter blok, pensil mekanik/ pensil biasa yang runcing, penggaris dan penghapus.
  • Buatlah sumbu X dan Y. sumbu X mewakili jarak dengan satuan rata-rata jarak dari lintasan yang anda buat. Misal meter atau kilometer. Sumbu Y mewakili ketinggian dengan suatu mdpl (meter diatas permukaan laut). Angkanya bisa dimulai dari titik terendah atau dibawahnya dan diakhiri titik tertinggi diatasnya.
  • Tempatkan titik awal disumbu X=0 dan sumbu Y sesuai dengan ketinggian titik tersebut. Lalu pada perubahan kontur berikutnya, buatlah satu titik lagi dengan jarak dan ketinggian sesuai dengan perubahan kontur pada jalur yang sudah anda buat. Demikian seterusnya sampai akhir titik.
  • Perubahan suatu kontur diwakili oleh satu titik. Titik-titik tersebut dihubungkan satu sama lainnya hingga membentuk penampang berupa garis menanjak, turun dan mendatar.
  • Tambahkan keterangan pada tanda-tanda medan tertentu, misalkan nama sungai, puncakan dan titik aktivitas anda yang biasanya berupa titik bivak dan titik istirahat, ataupun tanda medan lainnya. Tambahkan informasi tentang vegetasi pada setiap lintasan dan skala penampang akan lebih membantu pembaca dalam menggunakan penampang yang telah dibuat.
Ingatlah hai engkau penjelajah alam:
  1. Take nothing, but pictures (jangan ambil sesuatu kecuali gambar)
  2. Kill nothing, but times (jangan bunuh sesuatu kecuali waktu)
  3. Leave nothing, but foot-print (jangan tinggalkan sesuatu kecuali jejak kaki)
Dan senantiasa:
  1. Percaya kepada Tuhan Yang Maha Kuasa.
  2. Percaya pada kawan. Rekan pegiat dan peralatan serta perlengkapan. Tentu saja juga harus dibarengi bahwa diri sendiri juga dapat dipercaya oleh teman dengan menjaga, memelihara, serta melindunginya.
  3. Percaya pada diri sendiri. Percaya bahwa kita mampu melakukan segala sesuatunya dengan bijak.

0 comments:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More