logo esacapala

Blogroll


Sabtu, 10 Mei 2014

Cerita Perjalanan Gn. Salak

Cerita Tak Terbatas

          Ini adalah sebagian dari cerita saya bersama Esacapala. Semua berawal pada rencana kami untuk melakukan pendakian bersama, awalnya kami ingin mendaki ke Gunung Pangrango tapi apadaya kami kehabisan kuota lalu berencana untuk mendaki Gunung Salak.

          Pagi hari saya berangkat dari rumah dengan semangat mencari pengalaman dan petualangan sejati sambil ingin melihat indahnya kebesaran Allah SWT. Sesampainya dirumah abang saya dari Esacapala Bang Iwang saya mengisi perut saya yang lapar lalu berangkat menggunakan angkot ke Stasiun Lemah Abang untuk bertemu kawan kawan kami dari Esacapala. Sesampainya kami disana kami meminta izin kepada Pembina kami bang Usep. Lalu kami berangkat menggunakan mobil TNI dari Stasiun Lemah Abang sampai jalur pendakian Cidahu.

          Disitu kami langsung menurun kan semua barang barang dari mobil dan ada satu carier yang beratnya engga nahan, awalnya saya takut untuk membawa carier seberat itu tp karna merasa tertantang saya akhirnya membawa carier setan itu. Lumayan berat dan sangat tidak nyaman tapi disitu serunya saya berjalan pelan paling belakang dan tertinggal tp saya coba mengejar kawan saya yang berada didepan saya, saat berlari ingin mengejar keringat mulai keluar dan entah mengapa terasa sangat sakit di jantung ( ENGAP ) saya berhenti untuk istirahat. Lalu saya lanjut kan perjalanan saya dan akhirnya bertemu dengan teman teman saya yang sudah menunggu lama. Setelah itu Saya, Aldith Oi dan Zaini ingin melanjutkan perjalanan lebih dulu karna takut paling lama dan menyusahkan.

          Saya berjalan sekitar 15 sampai 20 menit dan sampai di Bajuri untuk NgeCamp satu malam dan melanjutkan di pagi hari. Kami istirahat bercerita dan makan bersama sambil menikmati udara gunung yang sangat sejuk di atas ketinggian 1332 mdpl. Kami tidur dan bangun dipagi hari setelah sarapan kami melanjutkan perjalanan dengan meninggalkan tenda dan peralatan kami di Bajuri yang di jaga oleh bang Eky (Bang Moa) dan kami hanya membawa Air dan Raincoat saja.

          Diperjalanan kami diberi pengetahuan oleh bang Ambar salah satunya dengan memakan buah Seri Hutan yang rasanya sama seperti tomat dan meminum air dari Kantung Semar. Kantung Semar menyimpan air di dalam kantungnya tapi entah mengapa terasa sangat sejuk dan segar rasanya. Setelah sampai di puncak bayangan kami beristirahat. Dari puncak bayangan sampai ke puncak sekita 40 menit perjalanan.

          Diatas kami foto foto makan dan beristirahat. 2 jam kami dipuncak lalu kami turun, awalnya saya turun bersama dengan Bisma, Oi, Fasya teh Mela dan bang Risky di kloter paling belakang.  Karena mereka turun lama sekali akhirnya saya memutuskan untuk turun sendirian lebih dulu mengejar bang Iwang, Risky dan bang Ambar. Saat saya bertemu mereka kami istirahat dulu sejenak menunggu yang lain sambil makan Tanaman Begonia. Baru beberapa saat bang Risky sampai saya dan bang Risky memutuskan untuk melanjutkan perjalanan berdua saja agar lebih cepat sampai.

          Mungkin karna terlalu bersemangat dan terlalu cepat saat ada Papan bertuliskan Cidahu lurus kami mengikutinya tetapi entah di jalur itu tertutup dengan tanaman disekitarnya, tidak ada sampah sama sekali, saya dan bang Risky tetap melanjutkan perjalanan sampai akhirnya kami sadar bahwa kami tersesat karna semua jalur tertutup tanaman berduri. Akhirnya kami lari naik kembali ke atas untuk mencari jalan yang benar.

          Ternyata dari papan Cidahu tersebut bukan lurus tapi belok ke kanan. Disitu kami mulai kebingungan dengan jalur yang bercabang.. lalu kami mulai turun lagi dan bertemu dengan salah satu alumni Esacapala Bang Rafi dan beberapa pendaki lain. Bang Rafi disitu untuk menunggu kita karna dia takut nyasar karena dia percaya bahwa dia tidak melewati jalur itu saat dia berangkat tapi saya dan bang Risky juga tidak melihat jalur lain akhirnya kita turun melewati satu satunya jalur.

          Saat itu hari sudah sore kami bertiga pun bergegas turun. Pada saat berangkat kami tidak menemukan sumber air sama sekali tetapi saat dijalur itu kami bertemu dengan sumber air lagi, lagi dan lagi. Tetapi kami tetap melanjutkan perjalanan sampai kami sadar selalu melihat patok yang tak bertuliskan apapun dan berlumut tetapi kami tetap melanjutkan perjalanan.

          Dijalur mulai tidak ada sampah sama sekali tidak ada tanaman yang kami kenal. Banyak tanaman berduri tetapi kami tetap melanjutkan perjalanan sampai kami bertemu dengan jalur yang tidak mungkin dilewati oleh banyak pendaki yaitu jalur berlumpur yang sangat dalam. Jika terperosok mungkin akan menenggelamkan kaki sampai sedengkul. Mungkin dari saat bertemu bang Rafi sampai di daerah situ kami turun sudah memakan waktu 40-50 menit. Disitu kami diam, hari mulai gelap kami tidak membawa perlengkapan apapun. Tanpa senter, tanpa api, tanpa pisau, tanpa tempat minum.

          Kami harus menentukan pilihan ingin melanjutkan perjalanan atau kembali ke atas lari secepat mungkin sebelum tidak ada cahaya sama sekali. Disitu kami lihat sudah mulai jam 5.20 sore, akhirnya kami memutuskan untuk kembali keatas dengan cara berlari sampai bertemu dengan pendaki lain atau mencari patok bertuliskan 12 HM. Kami berlari sambil berdoa memohon pertolongan Allah SWT.

          Kaki yang terus melangkah, mulut yang tidak ada henti hentinya berdzikir. Saat bertemu dengan mata air lagi pikiran mulai berpikir yang negative karna hari mulai gelap kami istirahat sementara karna mulai kelelahan lalu kami melanjutkan perjalanan sambil berteriak memanggil suara teman teman kami. Lalu kami diam dan ada yang membalas, disitu saya sangat senang dan sangat bersemangat kembali lalu kami berlari naik lagi ke atas sambil saut sautan dengan teman kami, akhirnya kami bertemu dengan pendaki lain yang tadinya bersama bang Rafi mereka disitu dari jam 1 sampai jam 5.50 menunggu temannya. Saya sangat senang sekali dapat melihat pendaki lain.

          Beberapa saat kemudian mulai kami banyak mendengar suara kawan kami, saya dan bang Risky diam dan istirahat tetapi bang Rafi tidak mau diam. Naik, turun, naik, turun karena hatinya tidak tenang. Selang beberapa menit bang Rafi mulai naik dan bertemu dengan bang Ecky dan bang Ambar, saya sangat senang dan ikut menyusul bang Rafi. Ttidak ada rasa lebih bahagia pada saat itu. Entah jika sesuatu terjadi saya tidak mau melihat ada air mata mengalir dari kedua mata orang tuaku.

          Beberapa menit kami bertemu dengan pendaki lain yang ingin turun dan ternyata salah jalur sama seperti kami. Akhirnya kami naik keatas menutup jalur yang salah itu istirahat beberapa menit, saya dan bang Risky disuruh turun duluan bersama dengan beberapa pendaki lain yang NgeCamp disebelah tenda kami. Kami turun dengan sangat pelan dan hati hati karna kurang memiliki penerangan yang cukup. Lalu kami dibalap dengan pendaki yang tadi bersama dengan bang Rafi.

          Selang beberapa menit kami disusul oleh bang Rafi, bang Ambar dan bang Ecky. Kami turun bersama sama dan saya dipaling depan. Saat sudah mau sampai, pendaki lain yang bersama kami kakinya terkilir dan dia adalah seorang ibu. Kami berhenti dan menunggu temannya ngurut kaki ibu tersebut lalu kami melanjutkan perjalanan dan akhirnya sampai di Bajuri. Saya sangat bahagia saat sudah melihat wajah kawan seperjuangan sekaligus keluarga kedua saya. Entah apa yang terjadi jika saya tidak ditolong.

          Pengalaman yang sangat hebat, sangat, sangat, sangat hebat. Tidak ada kata yang bisa menceritakan pengalaman ini. Jika anda tidak melakukannya sendiri anda tidak akan pernah tau seseru apa perjalanan ini.


           JEBRIK
    ESCA.AM.R XIV

0 comments:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More