Cerita
Tak Terbatas
Ini adalah
sebagian dari cerita saya bersama Esacapala. Semua berawal pada rencana kami
untuk melakukan pendakian bersama, awalnya kami ingin mendaki ke Gunung Pangrango
tapi apadaya kami kehabisan kuota lalu berencana untuk mendaki Gunung Salak.
Pagi hari saya
berangkat dari rumah dengan semangat mencari pengalaman dan petualangan sejati
sambil ingin melihat indahnya kebesaran Allah SWT. Sesampainya dirumah abang
saya dari Esacapala Bang Iwang saya mengisi perut saya yang lapar lalu berangkat
menggunakan angkot ke Stasiun Lemah Abang untuk bertemu kawan kawan kami dari
Esacapala. Sesampainya kami disana kami meminta izin kepada Pembina kami bang
Usep. Lalu kami berangkat menggunakan mobil TNI dari Stasiun Lemah Abang sampai
jalur pendakian Cidahu.
Disitu kami
langsung menurun kan semua barang barang dari mobil dan ada satu carier yang
beratnya engga nahan, awalnya saya takut untuk membawa carier seberat itu tp
karna merasa tertantang saya akhirnya membawa carier setan itu. Lumayan berat
dan sangat tidak nyaman tapi disitu serunya saya berjalan pelan paling belakang
dan tertinggal tp saya coba mengejar kawan saya yang berada didepan saya, saat
berlari ingin mengejar keringat mulai keluar dan entah mengapa terasa sangat
sakit di jantung ( ENGAP ) saya berhenti untuk istirahat. Lalu saya lanjut kan
perjalanan saya dan akhirnya bertemu dengan teman teman saya yang sudah
menunggu lama. Setelah itu Saya, Aldith Oi dan Zaini ingin melanjutkan
perjalanan lebih dulu karna takut paling lama dan menyusahkan.
Saya berjalan sekitar 15 sampai 20 menit dan sampai di Bajuri untuk NgeCamp satu malam dan
melanjutkan di pagi hari. Kami istirahat bercerita dan makan bersama sambil
menikmati udara gunung yang sangat sejuk di atas ketinggian 1332 mdpl. Kami
tidur dan bangun dipagi hari setelah sarapan kami melanjutkan perjalanan dengan
meninggalkan tenda dan peralatan kami di Bajuri
yang di jaga oleh bang Eky (Bang Moa) dan kami hanya membawa Air dan Raincoat
saja.
Diperjalanan
kami diberi pengetahuan oleh bang Ambar salah satunya dengan memakan buah Seri Hutan yang rasanya sama seperti
tomat dan meminum air dari Kantung Semar.
Kantung Semar menyimpan air di dalam
kantungnya tapi entah mengapa terasa sangat sejuk dan segar rasanya. Setelah
sampai di puncak bayangan kami beristirahat. Dari puncak bayangan sampai ke puncak
sekita 40 menit perjalanan.
Diatas kami foto
foto makan dan beristirahat. 2 jam kami dipuncak lalu kami turun, awalnya saya
turun bersama dengan Bisma, Oi, Fasya teh Mela dan bang Risky di kloter paling
belakang. Karena mereka turun lama
sekali akhirnya saya memutuskan untuk turun sendirian lebih dulu mengejar bang
Iwang, Risky dan bang Ambar. Saat saya bertemu mereka kami istirahat dulu
sejenak menunggu yang lain sambil makan Tanaman Begonia. Baru beberapa saat bang Risky sampai saya dan bang Risky
memutuskan untuk melanjutkan perjalanan berdua saja agar lebih cepat sampai.
Mungkin karna
terlalu bersemangat dan terlalu cepat saat ada Papan bertuliskan Cidahu lurus kami mengikutinya tetapi
entah di jalur itu tertutup dengan tanaman disekitarnya, tidak ada sampah sama
sekali, saya dan bang Risky tetap melanjutkan perjalanan sampai akhirnya kami
sadar bahwa kami tersesat karna semua jalur tertutup tanaman berduri. Akhirnya
kami lari naik kembali ke atas untuk mencari jalan yang benar.
Ternyata dari
papan Cidahu tersebut bukan lurus
tapi belok ke kanan. Disitu kami mulai kebingungan dengan jalur yang
bercabang.. lalu kami mulai turun lagi dan bertemu dengan salah satu alumni
Esacapala Bang Rafi dan beberapa pendaki lain. Bang Rafi disitu untuk menunggu
kita karna dia takut nyasar karena dia percaya bahwa dia tidak melewati jalur
itu saat dia berangkat tapi saya dan bang Risky juga tidak melihat jalur lain
akhirnya kita turun melewati satu satunya jalur.
Saat itu hari
sudah sore kami bertiga pun bergegas turun. Pada saat berangkat kami tidak
menemukan sumber air sama sekali tetapi saat dijalur itu kami bertemu dengan
sumber air lagi, lagi dan lagi. Tetapi kami tetap melanjutkan perjalanan sampai
kami sadar selalu melihat patok yang tak bertuliskan apapun dan berlumut tetapi
kami tetap melanjutkan perjalanan.
Dijalur mulai
tidak ada sampah sama sekali tidak ada tanaman yang kami kenal. Banyak tanaman
berduri tetapi kami tetap melanjutkan perjalanan sampai kami bertemu dengan
jalur yang tidak mungkin dilewati oleh banyak pendaki yaitu jalur berlumpur
yang sangat dalam. Jika terperosok mungkin akan menenggelamkan kaki sampai
sedengkul. Mungkin dari saat bertemu bang Rafi sampai di daerah situ kami turun
sudah memakan waktu 40-50 menit. Disitu kami diam, hari mulai gelap kami tidak
membawa perlengkapan apapun. Tanpa senter, tanpa api, tanpa pisau, tanpa tempat
minum.
Kami harus
menentukan pilihan ingin melanjutkan perjalanan atau kembali ke atas lari
secepat mungkin sebelum tidak ada cahaya sama sekali. Disitu kami lihat sudah
mulai jam 5.20 sore, akhirnya kami memutuskan untuk kembali keatas dengan cara
berlari sampai bertemu dengan pendaki lain atau mencari patok bertuliskan 12
HM. Kami berlari sambil berdoa memohon pertolongan Allah SWT.
Kaki yang terus
melangkah, mulut yang tidak ada henti hentinya berdzikir. Saat bertemu dengan
mata air lagi pikiran mulai berpikir yang negative karna hari mulai gelap kami
istirahat sementara karna mulai kelelahan lalu kami melanjutkan perjalanan
sambil berteriak memanggil suara teman teman kami. Lalu kami diam dan ada yang
membalas, disitu saya sangat senang dan sangat bersemangat kembali lalu kami
berlari naik lagi ke atas sambil saut sautan dengan teman kami, akhirnya kami
bertemu dengan pendaki lain yang tadinya bersama bang Rafi mereka disitu dari
jam 1 sampai jam 5.50 menunggu temannya. Saya sangat senang sekali dapat
melihat pendaki lain.
Beberapa saat
kemudian mulai kami banyak mendengar suara kawan kami, saya dan bang Risky diam
dan istirahat tetapi bang Rafi tidak mau diam. Naik, turun, naik, turun karena
hatinya tidak tenang. Selang beberapa menit bang Rafi mulai naik dan bertemu
dengan bang Ecky dan bang Ambar, saya sangat senang dan ikut menyusul bang
Rafi. Ttidak ada rasa lebih bahagia pada saat itu. Entah jika sesuatu terjadi
saya tidak mau melihat ada air mata mengalir dari kedua mata orang tuaku.
Beberapa menit
kami bertemu dengan pendaki lain yang ingin turun dan ternyata salah jalur sama
seperti kami. Akhirnya kami naik keatas menutup jalur yang salah itu istirahat
beberapa menit, saya dan bang Risky disuruh turun duluan bersama dengan
beberapa pendaki lain yang NgeCamp disebelah tenda kami. Kami turun dengan
sangat pelan dan hati hati karna kurang memiliki penerangan yang cukup. Lalu
kami dibalap dengan pendaki yang tadi bersama dengan bang Rafi.
Selang beberapa
menit kami disusul oleh bang Rafi, bang Ambar dan bang Ecky. Kami turun bersama
sama dan saya dipaling depan. Saat sudah mau sampai, pendaki lain yang bersama
kami kakinya terkilir dan dia adalah seorang ibu. Kami berhenti dan menunggu
temannya ngurut kaki ibu tersebut lalu kami melanjutkan perjalanan dan akhirnya
sampai di Bajuri. Saya sangat bahagia
saat sudah melihat wajah kawan seperjuangan sekaligus keluarga kedua saya. Entah
apa yang terjadi jika saya tidak ditolong.
Pengalaman yang
sangat hebat, sangat, sangat, sangat hebat. Tidak ada kata yang bisa
menceritakan pengalaman ini. Jika anda tidak melakukannya sendiri anda tidak
akan pernah tau seseru apa perjalanan ini.
JEBRIK
ESCA.AM.R
XIV
0 comments:
Posting Komentar